Sejumlah pemancing di Waduk Cengklik, Ngemplak, Boyolali, mengaku enggan memancing ke tengah waduk apalagi menggunakan gethek. Mereka mengaku trauma dengan kejadian yang menimpa dua pemancing yang tewas tenggelam di Waduk Cengklik, pekan lalu.
“Saya cukup di pinggir saja, kalau mau ke tengah pikir-pikir dululah,” ungkap Totok (49) warga Kartasura, Selasa (10/3).
Menurut pengakuan Totok, sebelum musibah tenggelamnya dua pemancing pekan lalu, dirinya biasanya memancing ke tengah waduk menggunakan gethek. Namun sejak peristiwa itu, Totok mengaku trauma. Lokasi yang menjadi favoritnya adalah di sisi selatan waduk. Di tempat itu, terdapat tembok penguat waduk yang nyaman untuk duduk bagi para pemancing.
Pemancing lain, Sentot (50) warga Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Boyolali menuturkan, dirinya jarang naik gethek saat memancing. Justru dia menyukai memancing dengan langsung masuk ke perairan waduk.
“Kalau naik gethek, paling hanya dua kali, lebih senang berendam di tempat yang dangkal,” imbuhnya.
Menurut dia, naik gethek di tengah waduk sangat beresiko, apalagi bila tidak bisa berenang. Bila tidak tenang, gethek mudah terguling. Bila
panik, biasanya pemancing bisa terjatuh dan tenggelam. Apalagi bila, dayung batang bambu menancap di dasar waduk. Saat menarik batang bambu, justru tangan terlepas karena batang bambu licin. Akibatnya pemancing terdorong maju dan kepala terbentur gethek hingga pingsan.
Dijelaskan, kasus meninggalnya dua pemancing, warga Kragilan, Kecamatan Mojosongo, Muhammad Arifin dan Andri Wiranto pada Kamis (19/2/2015) masih menjadi perbincangan hingga sekarang. Para pemancing pun sebagian besar enggan memancing ke tengah waduk dengan naik gethek.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar