![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEix_ANgfcxNe7kjHALlXj_cMAek1D_QSBy6ZIVwAgUVa08oNbCWv4OsrQtsJTL3B3CR1KPJPAFkjTrXakPFfp3R2RovQFvMm40mSPLydGKadBOB48fkmbDguA1CSB6niyV7ewgl9zZW3r4h/s320/Kanker-Leher-Rahim.jpg)
Demikian dilansir Solidaritas Perempuan untuk Kemanusiaan dan Hak Asasi Manusia (Spek-HAM) seusai melakukan pemeriksaan 35 perempuan dari sejumlah desa di Puskemas Musuk, Jumat (17/2/2017) lalu.
Dalam pemeriksaan itu, kaum perempuan di Kecamatan Musuk menjalani pemeriksaan reproduksi dengan metode inspeksi visual asam asetat (IVA tes).
Hasilnya, tujuh orang atau sekitar 20% positif terkena kanker leher rahim tahap awal. Sementara, sembilan perempuan lainnya hanya terkena gangguan kesehatan reproduksi, seperti keputihan.
“Spek-HAM sengaja melakukan IVA tes karena kanker leher rahim merupakan kanker pembunuh perempuan nomor satu di dunia. Inilah sebabnya, kami anggap tes ini sangat penting,” ujar pegiat Spek-HAM Solo, Rahayu Purwa kepada Solopos.com, Minggu (19/2/2017).
Rahayu mengatakan IVA tes merupakan metode sederhana dan murah untuk mendeteksi dini ada tidaknya penyakit kanker leher rahim. Metode tes ini bahkan bisa dijalankan di puskesmas terdekat. Meski demikian, kata dia, tak banyak puskesmas di Boyolali yang telah menyediakan layanan tes ini.
“Itulah sebabnya, kami terus mendorong agar dinkes memperbanyak layanan IVA tes di puskesmas-puskemas agar masyarakat mudah mengaksesnya. Lebih baik kan mencegah dari pada mengobati,” jelasnya.
Menurut Rahayu, kendala utama IVA tes adalah masih kuatnya budaya malu di lingkungan perempuan, khususnya di desa-desa dalam memeriksakan organ reproduksi mereka. Hal inilah yang membuat upaya deteksi dini kanker leher rahim belum berjalan optimal.
“Rata-rata kaum perempuan, khususnya di desa-desa, malu saat diperiksa organ reproduksi mereka. Makanya, Spek-HAM terus mengampanyekan pentingnya pemeriksaan ini sebagai upaya pencegahan kematian kaum perempuan karena kanker leher rahim,” tambahnya.
Petugas medis fungsional di Puskemas Musuk, dr. Retno Setyaningsih, mengatakan IVA tes sangat penting untuk mencegah penyakit mematikan itu. Menurutnya, kampanye IVA tes saat ini masih harus digalakkan di pelosok-pelosok desa dengan melibatkan semua komponen masyarakat serta instansi terkait.
“Jangan sampai penyakit ini baru terdeteksi setelah bersarang 10-15 tahun kemudian. Kalau sudah terdeteksi dini, penyakit ini bisa disembuhkan. Ini semua demi peningkatan kualitas hidup masyarakat,” paparnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar