Selama medio Januari hingga Agustus 2014, sebanyak 222 kasus demam berdarah (DB) terjadi di Boyolali. Dari jumlah kasus tersebut, sebanyak 4,05 persen atau sembilan penderita DB meninggal dunia.

Sementara terkait dengan jumlah angka kematian yang mencapai 4,05 persen selama delapan bulan terakhir, Suparti mengatakan bahwa hal itu disebabkan penanganan kesehatan kurang optimal. Antara lain karena penderita terlambat diobati atau tempat pengobatan yang berpindah-pindah, sehingga pengawasan terhadap penderita oleh petugas kesehatan kurang optimal. Ia mengimbau kepada masyarakat, jika ada siapapun yang terindikasi menderita gejala DB, agar secepatnya memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat, agar penangananya bisa dilakukan secara dini.
Sementara untuk pencegahan penyakit secara dini, pihaknya akan menggiatkan tindakan fogging serta meningkatkan penyuluhan dan sosialisasi pola hidup yang bersih dan sehat. Menurutnya, satu hal yang paling mendasar dalam upaya pemberantasan DB adalah pola hidup masyarakat itu sendiri.
“Masyarakat harus bisa mengenali keberadaan sarang nyamuk, sehingga tindakan pencegahan secara dini bisa efektif,” tandasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar