Boyolali – Produk anyaman bambu di Dukuh Walen, Desa Walen, Kecamatan Simo, Boyolali terancam punah. Menyusul tidak adanya regenerasi di kampung tersebut. Saat ini pengrajin yang ada didominasi generasi tua. Akibatnya, produk wadah, tampah, dan bakul dari plastik yang kian variatif, membuat serapan kerajinan tampah dari bambu buatan mereka kian menciut. Kerajinan anyaman bambupun mulai tersingkirkan.
Kondisi ini mengakibatkan jumlah perajin terus menurun dari tahun ke tahun. Tidak adanya generasi muda dan semakin variatifnya produk tampah dari plastik ini, dikhawatirkan akan menjadi pemicu perajin tampah di wilayah itu, hilang termakan jaman.
Dasir (70), salah satu perajin bambu di Dukuh/Desa Walen yang sehari-hari membuat tampah untuk wadah menjemur ikan, tempe, dan beras, menuturkan, dulu, hampir semua orang di desa bisa menganyam tampah sejak masih kanak-kanak. Kemampuan menganyam ayaman bambu itu didapatkan dari generasi ke generasi. Hampir semua orang menjadi pengrajin tampah, meneruskan usaha orangtua. Kerajinan itulah yang turut menghidupi mereka selama ini.
“Kerajinan ini sudah turun temurun bahkan menjadi sumber penghasilan, tapi sekarang generasi muda disini lebih banyak yang kerja di pabrik,” cerita Dasir ditemui di rumahnya, Jumat (22/11).
Dasir mengaku kini hanya bisa menjual sepuluh buah tampah dalam seminggu dengan omzet sekitar Rp 60 ribu. Dulu, bisa dua kali lipatnya. Ketika itu banyak pedagang di pasar mengambil tampah langsung ke rumahnya, untuk dijajakan.
Sumiyati (65), perajin tampah lainnya di Desa walen membenarkan bahwa regenarasi perajin tampah di desanya sudah satu dekade ini terus berkurang lantaran anak para perajin itu, memilih bekerja di pabrik-pabrik. Para anak muda itu tidak lagi tertarik meneruskan usaha kerajinan yang diwariskan oleh nenek moyang ini.
“Mungkin karena gaji di pabrik lebih besar daripada harus membuat tampah ini,” ujarnya.
Ia dan para perajin tampah di desanya berharap, ada perhatian serius dari pemerintah untuk memberikan pembinaan dan pinjaman modal yang ringan pada para perajin. Sehingga, para perajin dapat bertahan dan mengembangkan usahanya. Jika usaha kerajinan tampah dari anyaman bambu ini kembali menggeliat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar