Graha Solo Raya Lantai 1
Jl. Slamet Riyadi No. 1 Solo, Jateng
Telp. 0271-5843678 atau 0271-2144388
HP. 085702686068
Fax. 0271 635936
www.solocitytravelguide.com
www.sinergievent.com
e-mail: sinergi_solo@yahoo.com
Marketing: www.solocitytravelguide.com
Peternak sapi perah di Boyolali mulai melakukan diversifikasi usaha. Tidak hanya produksi susu maupun mengembangkan produk olahan susu, namun merambah bisnis pariwisata. Salah satu warga di Dukuh Salam RT 004/RW 003, Desa Samiran, Selo, Boyolali, Suharmin, 68, memiliki empat ekor sapi perah di kandangnya.
Satu di antara empat ekor sapi milik Suharmin tersebut adalah sapi betina. Kandang peternakan Suharmin sangat sederhana dan masih sangat tradisional. Meskipun sudah berlantai permanen, namun kandang itu belum memiliki tempat khusus untuk pakan dan minum sapi.
Namun, di kandang sederhana itu Suharmin sering menerima kedatangan tamu-tamu dari luar kota bahkan turis asing dari Amerika Serikat dan Prancis yang penasaran dengan budidaya sapi perah dan produksi susu sapi.
Saat berbincang dengan Solopos akhir pekan lalu, Suharmin menunjukkan setumpuk kartu nama milik biro wisata dan guide personal yang pernah datang ke rumahnya mengantarkan wisatawan. Ada yang dari Solo, Jogja, Semarang, dan sekitarnya.
“Biasanya orang datang ke sini ingin lihat peternakan sapi yang ada di kampung-kampung. Tapi kebanyakan ingin melihat pemerahan susu,” kata Suharmin. Tak hanya melihat, kata dia, kebanyakan wisatawan juga ingin tahu cara memerah susu. Oleh karena itu, wisatawan yang datang biasanya akan “menyewa” sapi miliknya untuk diperah sendiri oleh wisatawan.
“Nanti hasilnya bisa dibawa pulang. Cukup beli eceran Rp5.000 per liter,” imbuh Suharmin.
Destinasi ini cukup menarik dan potensial dikembangkan, karena Desa Samiran sudah berkembang menjadi desa wisata. Namun, untuk mengembangkan destinasi wisata susu sapi perah ini rupanya tidak mudah. Wisatawan tidak bisa datang sewaktu-waktu jika ingin ikut memerah susu sapi.
“Kalau ingin ikut memerah sapi harus datang tepat di waktu pemerahan, yaitu 06.00 WIB hingga 07.00 WIB dan sore pada pukul 17.00 WIB. Itu adalah jam-jam yang diseragamkan untuk pemerahan susu sapi di desa kami,” kata Suharmin.
Sapi tidak bisa diperah di waktu sembarangan karena akan merusak kualitas susu yang diperah. Beruntung, di Desa Samiran mulai bermunculan home stay atau penginapan yang bisa dimanfaatkan wisatawan. “Kalau ingin lihat pemerahan pada pagi hari bisa menginap di home stay.”
Kebetulan lagi, sapi perah milik Suharmin ini tidak “bandel”. Sapinya mau diperah oleh siapapun meski bukan oleh Suharmin. Menurutnya, memang ada sapi perah yang tak mau diperah oleh selain pemiliknya.
“Jadi kalau wisatawan yang tidak bisa memerah, akan saya bimbing dulu. Saya siapkan dulu air hangat untuk membersihkan sapinya. Nanti saya langsung yang mengajari.” Setelah wisatawan memerah susu, sesegera mungkin susu itu direbus. “Di sini juga kami sediakan fasilitasnya. Mau langsung direbus, diberi gula, kami sediakan.”
Untuk destinasi wisata perah susu ini, sebenarnya Suharmin tidak memberikan tarif. Salah satu keuntungannya adalah susu sapi bisa langsung dibeli dengan harga eceran. “Tapi biasanya kalau wisatawan itu dibawa biro wisata, biasanya ada tarif Rp50.000/wisatawan. Itu untuk fasilitas yang kami berikan di sini.”
solopos
Tidak ada komentar:
Posting Komentar