Info Terkait

    Keluarga

    Jumat, 01 Maret 2013

    BOYOLALI, suaramerdeka.com - Pemkab Boyolali prihatin dengan banyaknya anak yang bekerja di tempat terburuk. Mereka bekerja tidak sesuai dengan perkembangan usia anak.
    "Terus terang kami prihatin. Di seluruh Boyolali jumlahnya mencapai 428 anak," ujar Kabid Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan Dinsosnakertran Boyolali, Joko Santoso, Rabu (27/2).
    Dijelaskan, ke-428 pekerja anak itu tersebar di sejumlah kecamatan. Rencananya, sebanyak 150 di antaranya akan ditarik, dan ditempatkan di lima klaster untuk pemberian motivasi dan bimbingan selama 1 bulan. Hal itu terkait dengan ditunjuknya Boyolali dalam program pengurangan tenaga kerja anak.
    Dijelaskan, pekerja anak di tempat yang terburuk dan tak layak adalah anak berusia 7-15 tahun, yang dipekerjakan tidak sesuai dengan perkembangan anak. Sehingga hak-hak dasar anak maupun kehidupan sosial anak-anak terhapuskan karena bekerja.
    Pekerja anak tersebar di hampir seluruh kecamatan kecuali Sawit dan Boyolali Kota. Jumlah terbanyak pekerja anak di tempat terburuk ada di wilayah Kecamatan Selo yakni sebanyak 159 anak, kemudian Ampel sebanyak 62 anak, dan Wonosegoro sebanyak 45, serta Cepogo sebanyak 44 anak.
    "Mereka kebanyakan bekerja di sektor pertanian, seperti tenaga buruh mencangkul, buruh memetik di perkebunan dan buruh petik sayur di ladang tanaman holtikultura. Sedangkan pekerja anak di perusahaan tidak ada," jelasnya.
    Terkait program pengentasan pekerja anak, pihaknya tengah membentuk tim pelaksana penarikan pekerja anak. Selanjutnya, setelah tim terbentuk maka dilanjutkan dengan perekrutan calon pendamping klaster. Pendamping yang berhasil lolos, akan diikutkan dalam pelatihan di tempat pelatihan nasional di Yogyakarta pada minggu pertama Maret mendatang.
    "Kegiatan ini didukung pembiayaan program senilai Rp 695 juta dari pusat," ungkapnya.
    - See more at: http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news_solo/2013/02/27/147127/150-Pekerja-Anak-Akan-Ditarik#sthash.0ZS7oJ0z.dpuf
    BOYOLALI, suaramerdeka.com - Pemkab Boyolali prihatin dengan banyaknya anak yang bekerja di tempat terburuk. Mereka bekerja tidak sesuai dengan perkembangan usia anak.
    "Terus terang kami prihatin. Di seluruh Boyolali jumlahnya mencapai 428 anak," ujar Kabid Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan Dinsosnakertran Boyolali, Joko Santoso, Rabu (27/2).
    Dijelaskan, ke-428 pekerja anak itu tersebar di sejumlah kecamatan. Rencananya, sebanyak 150 di antaranya akan ditarik, dan ditempatkan di lima klaster untuk pemberian motivasi dan bimbingan selama 1 bulan. Hal itu terkait dengan ditunjuknya Boyolali dalam program pengurangan tenaga kerja anak.
    Dijelaskan, pekerja anak di tempat yang terburuk dan tak layak adalah anak berusia 7-15 tahun, yang dipekerjakan tidak sesuai dengan perkembangan anak. Sehingga hak-hak dasar anak maupun kehidupan sosial anak-anak terhapuskan karena bekerja.
    Pekerja anak tersebar di hampir seluruh kecamatan kecuali Sawit dan Boyolali Kota. Jumlah terbanyak pekerja anak di tempat terburuk ada di wilayah Kecamatan Selo yakni sebanyak 159 anak, kemudian Ampel sebanyak 62 anak, dan Wonosegoro sebanyak 45, serta Cepogo sebanyak 44 anak.
    "Mereka kebanyakan bekerja di sektor pertanian, seperti tenaga buruh mencangkul, buruh memetik di perkebunan dan buruh petik sayur di ladang tanaman holtikultura. Sedangkan pekerja anak di perusahaan tidak ada," jelasnya.
    Terkait program pengentasan pekerja anak, pihaknya tengah membentuk tim pelaksana penarikan pekerja anak. Selanjutnya, setelah tim terbentuk maka dilanjutkan dengan perekrutan calon pendamping klaster. Pendamping yang berhasil lolos, akan diikutkan dalam pelatihan di tempat pelatihan nasional di Yogyakarta pada minggu pertama Maret mendatang.
    "Kegiatan ini didukung pembiayaan program senilai Rp 695 juta dari pusat," ungkapnya.
    - See more at: http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news_solo/2013/02/27/147127/150-Pekerja-Anak-Akan-Ditarik#sthash.0ZS7oJ0z.dpuf
    BOYOLALI, suaramerdeka.com - Pemkab Boyolali prihatin dengan banyaknya anak yang bekerja di tempat terburuk. Mereka bekerja tidak sesuai dengan perkembangan usia anak.
    "Terus terang kami prihatin. Di seluruh Boyolali jumlahnya mencapai 428 anak," ujar Kabid Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan Dinsosnakertran Boyolali, Joko Santoso, Rabu (27/2).
    Dijelaskan, ke-428 pekerja anak itu tersebar di sejumlah kecamatan. Rencananya, sebanyak 150 di antaranya akan ditarik, dan ditempatkan di lima klaster untuk pemberian motivasi dan bimbingan selama 1 bulan. Hal itu terkait dengan ditunjuknya Boyolali dalam program pengurangan tenaga kerja anak.
    Dijelaskan, pekerja anak di tempat yang terburuk dan tak layak adalah anak berusia 7-15 tahun, yang dipekerjakan tidak sesuai dengan perkembangan anak. Sehingga hak-hak dasar anak maupun kehidupan sosial anak-anak terhapuskan karena bekerja.
    Pekerja anak tersebar di hampir seluruh kecamatan kecuali Sawit dan Boyolali Kota. Jumlah terbanyak pekerja anak di tempat terburuk ada di wilayah Kecamatan Selo yakni sebanyak 159 anak, kemudian Ampel sebanyak 62 anak, dan Wonosegoro sebanyak 45, serta Cepogo sebanyak 44 anak.
    "Mereka kebanyakan bekerja di sektor pertanian, seperti tenaga buruh mencangkul, buruh memetik di perkebunan dan buruh petik sayur di ladang tanaman holtikultura. Sedangkan pekerja anak di perusahaan tidak ada," jelasnya.
    Terkait program pengentasan pekerja anak, pihaknya tengah membentuk tim pelaksana penarikan pekerja anak. Selanjutnya, setelah tim terbentuk maka dilanjutkan dengan perekrutan calon pendamping klaster. Pendamping yang berhasil lolos, akan diikutkan dalam pelatihan di tempat pelatihan nasional di Yogyakarta pada minggu pertama Maret mendatang.
    "Kegiatan ini didukung pembiayaan program senilai Rp 695 juta dari pusat," ungkapnya.
    - See more at: http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news_solo/2013/02/27/147127/150-Pekerja-Anak-Akan-Ditarik#sthash.0ZS7oJ0z.dpuf
    BOYOLALI, suaramerdeka.com - Pemkab Boyolali prihatin dengan banyaknya anak yang bekerja di tempat terburuk. Mereka bekerja tidak sesuai dengan perkembangan usia anak.
    "Terus terang kami prihatin. Di seluruh Boyolali jumlahnya mencapai 428 anak," ujar Kabid Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan Dinsosnakertran Boyolali, Joko Santoso, Rabu (27/2).
    Dijelaskan, ke-428 pekerja anak itu tersebar di sejumlah kecamatan. Rencananya, sebanyak 150 di antaranya akan ditarik, dan ditempatkan di lima klaster untuk pemberian motivasi dan bimbingan selama 1 bulan. Hal itu terkait dengan ditunjuknya Boyolali dalam program pengurangan tenaga kerja anak.
    Dijelaskan, pekerja anak di tempat yang terburuk dan tak layak adalah anak berusia 7-15 tahun, yang dipekerjakan tidak sesuai dengan perkembangan anak. Sehingga hak-hak dasar anak maupun kehidupan sosial anak-anak terhapuskan karena bekerja.
    Pekerja anak tersebar di hampir seluruh kecamatan kecuali Sawit dan Boyolali Kota. Jumlah terbanyak pekerja anak di tempat terburuk ada di wilayah Kecamatan Selo yakni sebanyak 159 anak, kemudian Ampel sebanyak 62 anak, dan Wonosegoro sebanyak 45, serta Cepogo sebanyak 44 anak.
    "Mereka kebanyakan bekerja di sektor pertanian, seperti tenaga buruh mencangkul, buruh memetik di perkebunan dan buruh petik sayur di ladang tanaman holtikultura. Sedangkan pekerja anak di perusahaan tidak ada," jelasnya.
    Terkait program pengentasan pekerja anak, pihaknya tengah membentuk tim pelaksana penarikan pekerja anak. Selanjutnya, setelah tim terbentuk maka dilanjutkan dengan perekrutan calon pendamping klaster. Pendamping yang berhasil lolos, akan diikutkan dalam pelatihan di tempat pelatihan nasional di Yogyakarta pada minggu pertama Maret mendatang.
    "Kegiatan ini didukung pembiayaan program senilai Rp 695 juta dari pusat," ungkapnya.
    - See more at: http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news_solo/2013/02/27/147127/150-Pekerja-Anak-Akan-Ditarik#sthash.0ZS7oJ0z.dpuf
    BOYOLALI, suaramerdeka.com - Pemkab Boyolali prihatin dengan banyaknya anak yang bekerja di tempat terburuk. Mereka bekerja tidak sesuai dengan perkembangan usia anak.
    "Terus terang kami prihatin. Di seluruh Boyolali jumlahnya mencapai 428 anak," ujar Kabid Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan Dinsosnakertran Boyolali, Joko Santoso, Rabu (27/2).
    Dijelaskan, ke-428 pekerja anak itu tersebar di sejumlah kecamatan. Rencananya, sebanyak 150 di antaranya akan ditarik, dan ditempatkan di lima klaster untuk pemberian motivasi dan bimbingan selama 1 bulan. Hal itu terkait dengan ditunjuknya Boyolali dalam program pengurangan tenaga kerja anak.
    Dijelaskan, pekerja anak di tempat yang terburuk dan tak layak adalah anak berusia 7-15 tahun, yang dipekerjakan tidak sesuai dengan perkembangan anak. Sehingga hak-hak dasar anak maupun kehidupan sosial anak-anak terhapuskan karena bekerja.
    Pekerja anak tersebar di hampir seluruh kecamatan kecuali Sawit dan Boyolali Kota. Jumlah terbanyak pekerja anak di tempat terburuk ada di wilayah Kecamatan Selo yakni sebanyak 159 anak, kemudian Ampel sebanyak 62 anak, dan Wonosegoro sebanyak 45, serta Cepogo sebanyak 44 anak.
    "Mereka kebanyakan bekerja di sektor pertanian, seperti tenaga buruh mencangkul, buruh memetik di perkebunan dan buruh petik sayur di ladang tanaman holtikultura. Sedangkan pekerja anak di perusahaan tidak ada," jelasnya.
    Terkait program pengentasan pekerja anak, pihaknya tengah membentuk tim pelaksana penarikan pekerja anak. Selanjutnya, setelah tim terbentuk maka dilanjutkan dengan perekrutan calon pendamping klaster. Pendamping yang berhasil lolos, akan diikutkan dalam pelatihan di tempat pelatihan nasional di Yogyakarta pada minggu pertama Maret mendatang.
    "Kegiatan ini didukung pembiayaan program senilai Rp 695 juta dari pusat," ungkapnya.
    - See more at: http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news_solo/2013/02/27/147127/150-Pekerja-Anak-Akan-Ditarik#sthash.0ZS7oJ0z.dpuf
    BOYOLALI, suaramerdeka.com - Pemkab Boyolali prihatin dengan banyaknya anak yang bekerja di tempat terburuk. Mereka bekerja tidak sesuai dengan perkembangan usia anak.
    "Terus terang kami prihatin. Di seluruh Boyolali jumlahnya mencapai 428 anak," ujar Kabid Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan Dinsosnakertran Boyolali, Joko Santoso, Rabu (27/2).
    Dijelaskan, ke-428 pekerja anak itu tersebar di sejumlah kecamatan. Rencananya, sebanyak 150 di antaranya akan ditarik, dan ditempatkan di lima klaster untuk pemberian motivasi dan bimbingan selama 1 bulan. Hal itu terkait dengan ditunjuknya Boyolali dalam program pengurangan tenaga kerja anak.
    Dijelaskan, pekerja anak di tempat yang terburuk dan tak layak adalah anak berusia 7-15 tahun, yang dipekerjakan tidak sesuai dengan perkembangan anak. Sehingga hak-hak dasar anak maupun kehidupan sosial anak-anak terhapuskan karena bekerja.
    Pekerja anak tersebar di hampir seluruh kecamatan kecuali Sawit dan Boyolali Kota. Jumlah terbanyak pekerja anak di tempat terburuk ada di wilayah Kecamatan Selo yakni sebanyak 159 anak, kemudian Ampel sebanyak 62 anak, dan Wonosegoro sebanyak 45, serta Cepogo sebanyak 44 anak.
    "Mereka kebanyakan bekerja di sektor pertanian, seperti tenaga buruh mencangkul, buruh memetik di perkebunan dan buruh petik sayur di ladang tanaman holtikultura. Sedangkan pekerja anak di perusahaan tidak ada," jelasnya.
    Terkait program pengentasan pekerja anak, pihaknya tengah membentuk tim pelaksana penarikan pekerja anak. Selanjutnya, setelah tim terbentuk maka dilanjutkan dengan perekrutan calon pendamping klaster. Pendamping yang berhasil lolos, akan diikutkan dalam pelatihan di tempat pelatihan nasional di Yogyakarta pada minggu pertama Maret mendatang.
    "Kegiatan ini didukung pembiayaan program senilai Rp 695 juta dari pusat," ungkapnya.
    - See more at: http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news_solo/2013/02/27/147127/150-Pekerja-Anak-Akan-Ditarik#sthash.0ZS7oJ0z.dpuf
    BOYOLALI, suaramerdeka.com - Pemkab Boyolali prihatin dengan banyaknya anak yang bekerja di tempat terburuk. Mereka bekerja tidak sesuai dengan perkembangan usia anak.
    "Terus terang kami prihatin. Di seluruh Boyolali jumlahnya mencapai 428 anak," ujar Kabid Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan Dinsosnakertran Boyolali, Joko Santoso, Rabu (27/2).
    Dijelaskan, ke-428 pekerja anak itu tersebar di sejumlah kecamatan. Rencananya, sebanyak 150 di antaranya akan ditarik, dan ditempatkan di lima klaster untuk pemberian motivasi dan bimbingan selama 1 bulan. Hal itu terkait dengan ditunjuknya Boyolali dalam program pengurangan tenaga kerja anak.
    Dijelaskan, pekerja anak di tempat yang terburuk dan tak layak adalah anak berusia 7-15 tahun, yang dipekerjakan tidak sesuai dengan perkembangan anak. Sehingga hak-hak dasar anak maupun kehidupan sosial anak-anak terhapuskan karena bekerja.
    Pekerja anak tersebar di hampir seluruh kecamatan kecuali Sawit dan Boyolali Kota. Jumlah terbanyak pekerja anak di tempat terburuk ada di wilayah Kecamatan Selo yakni sebanyak 159 anak, kemudian Ampel sebanyak 62 anak, dan Wonosegoro sebanyak 45, serta Cepogo sebanyak 44 anak.
    "Mereka kebanyakan bekerja di sektor pertanian, seperti tenaga buruh mencangkul, buruh memetik di perkebunan dan buruh petik sayur di ladang tanaman holtikultura. Sedangkan pekerja anak di perusahaan tidak ada," jelasnya.
    Terkait program pengentasan pekerja anak, pihaknya tengah membentuk tim pelaksana penarikan pekerja anak. Selanjutnya, setelah tim terbentuk maka dilanjutkan dengan perekrutan calon pendamping klaster. Pendamping yang berhasil lolos, akan diikutkan dalam pelatihan di tempat pelatihan nasional di Yogyakarta pada minggu pertama Maret mendatang.
    "Kegiatan ini didukung pembiayaan program senilai Rp 695 juta dari pusat," ungkapnya.
    - See more at: http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news_solo/2013/02/27/147127/150-Pekerja-Anak-Akan-Ditarik#sthash.G6KLnHC0.dpuf
    BOYOLALI, suaramerdeka.com - Pemkab Boyolali prihatin dengan banyaknya anak yang bekerja di tempat terburuk. Mereka bekerja tidak sesuai dengan perkembangan usia anak.
    "Terus terang kami prihatin. Di seluruh Boyolali jumlahnya mencapai 428 anak," ujar Kabid Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan Dinsosnakertran Boyolali, Joko Santoso, Rabu (27/2).
    Dijelaskan, ke-428 pekerja anak itu tersebar di sejumlah kecamatan. Rencananya, sebanyak 150 di antaranya akan ditarik, dan ditempatkan di lima klaster untuk pemberian motivasi dan bimbingan selama 1 bulan. Hal itu terkait dengan ditunjuknya Boyolali dalam program pengurangan tenaga kerja anak.
    Dijelaskan, pekerja anak di tempat yang terburuk dan tak layak adalah anak berusia 7-15 tahun, yang dipekerjakan tidak sesuai dengan perkembangan anak. Sehingga hak-hak dasar anak maupun kehidupan sosial anak-anak terhapuskan karena bekerja.
    Pekerja anak tersebar di hampir seluruh kecamatan kecuali Sawit dan Boyolali Kota. Jumlah terbanyak pekerja anak di tempat terburuk ada di wilayah Kecamatan Selo yakni sebanyak 159 anak, kemudian Ampel sebanyak 62 anak, dan Wonosegoro sebanyak 45, serta Cepogo sebanyak 44 anak.
    "Mereka kebanyakan bekerja di sektor pertanian, seperti tenaga buruh mencangkul, buruh memetik di perkebunan dan buruh petik sayur di ladang tanaman holtikultura. Sedangkan pekerja anak di perusahaan tidak ada," jelasnya.
    Terkait program pengentasan pekerja anak, pihaknya tengah membentuk tim pelaksana penarikan pekerja anak. Selanjutnya, setelah tim terbentuk maka dilanjutkan dengan perekrutan calon pendamping klaster. Pendamping yang berhasil lolos, akan diikutkan dalam pelatihan di tempat pelatihan nasional di Yogyakarta pada minggu pertama Maret mendatang.
    "Kegiatan ini didukung pembiayaan program senilai Rp 695 juta dari pusat," ungkapnya.
    - See more at: http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news_solo/2013/02/27/147127/150-Pekerja-Anak-Akan-Ditarik#sthash.G6KLnHC0.dpuf
    BOYOLALI, suaramerdeka.com - Pemkab Boyolali prihatin dengan banyaknya anak yang bekerja di tempat terburuk. Mereka bekerja tidak sesuai dengan perkembangan usia anak.
    "Terus terang kami prihatin. Di seluruh Boyolali jumlahnya mencapai 428 anak," ujar Kabid Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan Dinsosnakertran Boyolali, Joko Santoso, Rabu (27/2).
    Dijelaskan, ke-428 pekerja anak itu tersebar di sejumlah kecamatan. Rencananya, sebanyak 150 di antaranya akan ditarik, dan ditempatkan di lima klaster untuk pemberian motivasi dan bimbingan selama 1 bulan. Hal itu terkait dengan ditunjuknya Boyolali dalam program pengurangan tenaga kerja anak.
    Dijelaskan, pekerja anak di tempat yang terburuk dan tak layak adalah anak berusia 7-15 tahun, yang dipekerjakan tidak sesuai dengan perkembangan anak. Sehingga hak-hak dasar anak maupun kehidupan sosial anak-anak terhapuskan karena bekerja.
    Pekerja anak tersebar di hampir seluruh kecamatan kecuali Sawit dan Boyolali Kota. Jumlah terbanyak pekerja anak di tempat terburuk ada di wilayah Kecamatan Selo yakni sebanyak 159 anak, kemudian Ampel sebanyak 62 anak, dan Wonosegoro sebanyak 45, serta Cepogo sebanyak 44 anak.
    "Mereka kebanyakan bekerja di sektor pertanian, seperti tenaga buruh mencangkul, buruh memetik di perkebunan dan buruh petik sayur di ladang tanaman holtikultura. Sedangkan pekerja anak di perusahaan tidak ada," jelasnya.
    Terkait program pengentasan pekerja anak, pihaknya tengah membentuk tim pelaksana penarikan pekerja anak. Selanjutnya, setelah tim terbentuk maka dilanjutkan dengan perekrutan calon pendamping klaster. Pendamping yang berhasil lolos, akan diikutkan dalam pelatihan di tempat pelatihan nasional di Yogyakarta pada minggu pertama Maret mendatang.
    "Kegiatan ini didukung pembiayaan program senilai Rp 695 juta dari pusat," ungkapnya.
    - See more at: http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news_solo/2013/02/27/147127/150-Pekerja-Anak-Akan-Ditarik#sthash.G6KLnHC0.dpuf

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar