Solopos.com, BOYOLALI — Ritual air suci di kaki Gunung Merbabu digelar warga Dukuh Ngaglik, Samiran, Selo, Boyolali, Rabu (6/11/2013).
Menurut Kepala Desa Samiran, Marzuki, ritual menyatukan air suci dua gunung tersebut dilakukan sejak 1946.
“Awalnya sebagai ungkapan rasa syukur setelah terbebas dari bencana Merapi dan wabah penyakit yang sempat membunuh puluhan warga,” katanya selepas ritual tersebut, Rabu.
Setelah wabah penyakit yang melanda desa itu berakhir, lanjutnya, warga kemudian melakukan selamatan atau tanda syukur atas berkat perlindungan dari wabah penyakit. Acara selamatan itu, dilakukan oleh warga hingga sekarang.
“Sempat terhenti sekitar 1965 akibat ada pemberontakan, tapi sejak beberapa tahun terakhir sudah digiatkan kembali,” katanya.
Air suci yang diambil dari embun di Gua Raja di lereng Gunung Merbabu juga dibawa dan disatukan dengan air di Petilasan Ki Ageng Kebokanigoro di lereng Gunung Merapi.
”Campuran air suci ini disebut air perwitasari yang dipercaya warga dapat menyembuhkan segala penyakit,” katanya.
Setelah mencampurkan air suci itu, warga di lokasi Kepunden Kebokanigoro kemudian berdoa bersama memohon agar diberikan keselamatan dan dijauhkan dari berbagai wabah penyakit,
“Setelah didoakan, puluhan tumpeng itu menjadi rebutan warga sekitar untuk ngalap berkah,” pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar