Boyolali — Hujan yang mulai menguyur wilayah Boyolali, membuat cemas para pemilik karamba di Waduk Cengklik Boyolali. Lha bagaimana tidak? Selama dua hari, sebanyak 6 ton ikan kakap merah mati. Kematian dikhawatirkan akan terus terjadi bila hujan turun di malam hari sedangkan pada siang hari cuaca sangat panas.
Seperti diungkapkan Antok (30) warga Sobokerto Ngemplak, ikan yang mati hampir terjadi setiap hari. Bahkan dalam satu petak karamba, kematian ikan mencapai 2 ton. Ikan yang baru saja mati dan masih segar, masih laku dijual meski dengan harga sangat murah, antara Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu, sedangkan untuk harga ikan segar sendiri per kilogramnya Rp 17,500. Sementara bagi ikan yang mati dan telah membusuk langsung dibuang.
“Ya bagaimana lagi, hitung-hitung mengembalikan modal,” ungkap Antok ditemui di Waduk Cengklik, Jumat (15/11 ).
Menurut warga Dusun Turunan Desa Sobokerto Kecamatan Ngemplak ini, kematian ikan itu disebabkan lantaran perubahan cuaca ekstrem belakangan ini. Dia menyontohkan, saat siang hari, cuacanya sangat panas. Namun, sore harinya hujan. Kondisi ini dapat menyebabkan air menjadi keruh. Karena endapan air waduk akan naik.
”Jika endapan naik, air menjadi keruh, dan oksigen dalam air menjadi berkurang. Ikan akan mati karena kekurangan oksigen. Belum lagi jika jumlah ikan dalam karamba sudah overload, sehingga ikan gampang mati. Kalau sudah mati, ya terpaksa harus panen dini,” lanjut dia.
Petani lainnya, Walidi menyatakan, untuk mengurangi kematian ikan, salah satu solusinya adalah mengurangi pakan ikan. Biasanya dalam sehari, ikan diberi pakan dua kali sehari, pagi dan sore, tapi untuk saat ini dalam sehari hanya diberi pakan sehari satu kali.
”Pengalaman yang sudah-sudah, kalau sore kita beri pakan banyak, malam hujan, besok paginya, ikan sudah banyak yang mati,” ungkap Walidi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar