Judul : R4BIA; 55 Kisah di Balik Tragedi Rabia
Penerbit : Era Adicitra Intermedia, Solo
Penulis : Tim Redaksi Era Intermedia
Tebal buku : 360 (Hard Cover)
Ukuran buku : 13 x 19 cm
Harga : Rp62.000
ISBN : 978-602-1680-08-7
“Orang-orang bertanya kepada kami mengapa harus menuliskan cerita ini. Maka di sini kami katakan bahwa kami menuliskan cerita ini karena ini bukan sekadar tentang suami, ayah, saudara atau anak-anak kami. Kami menulisnya karena ini adalah permasalahan umat dan permasalahan kita semua.
Demi Allah, dengan ini kami sama sekali tidak mengharap belas kasihan untuk diri dan anak-anak kami. Tidak sama sekali. Bagaimana kami harus merasa dikasihani, sedangkan Allah telah memuliakan kami dan anak-anak kami dengan kemuliaan besar?
Agar semua orang tahu, kami tulis cerita ini supaya umat bangkit dan tersadar, mengapa suami, saudara, dan anak-anak kami memilih jalan kematian. Sungguh kami tidak bersedih hati karena setiap tetes darah yang mengalir dari suami, saudara atau anak-anak kami beserta ribuan syahid yang lain tidak akan sia-sia …”
(Istri Asy-Syahid Muhammad Ashr)
Membaca kisah-kisah yang ada di dalam buku ini seperti membaca kisah fantasi. Kisah yang sangat sulit kita bayangkan ia benar-benar terjadi di dunia, dan saat ini. Lihatlah misalnya, kisah Saad Abdul Karim Yunus. Remaja yang belum genap berusia 15 tahun itu menghadang maut di bawah hujan tembakan militer. Dalam kondisi seperti itu dia menyempatkan diri berkirim SMS kepada ayahnya dan berkata, “Sudah jatuh korban syahid 300, dan doakan aku agar menjadi yang ke 301!”
Apa yang dilakukan oleh sang ayah mendengar harap dari putranya itu?
Dengan mantap sang ayah berdoa, “Ya Allah, karuniailah anakku kebaikan di mana pun dia berada, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui dan aku tidak mengetahui.”
Doa sang ayah terkabul, dan putranya benar-benar menjadi syahid yang ke 301! (lihat R4BIA, hlm. 77)
***
Lihat pula bagaimana kisah Asy-Syahid Usamah Ibrahim Utaim, di mana pada hari Jumat itu ia menulis surat wasiat setelah bersiap menjadi syahid. Sang ibu dengan ikhlas melepas putranya. Bahkan sebelum benar-benar menjadi syahid, ia sudah menitipkan salam kepada Rasulullah untuk disampaikan oleh putranya saat syahid nanti… (lihat R4BIA, hlm. 201)
***
Lihat pula kisah Muhammad Abdul Wahab sekeluarga. Hari itu dia mengajak istri dan anak-anaknya untuk turut serta menjemput kesyahidan. Sepanjang hari ia selalu meneriakkan hiya lillah, hiya lillah; ini untuk Allah, ini untuk Allah. Dan ketika sang ayah menjemput ajal sembari mengacungkan telunjuknya mengucap la ilaha illallah, keluarga itu dengan teguh dan ikhlas melepasnya. (lihat R4BIA, hlm. 71)
***
Atau, bacalah kisah Asy-Syahid Amr Al-Junaidi dan bagaimana keteguhan sang istri, Raudhah, saat harus berpisah dengan suami tercinta selang 5 bulan dari pernikahannya, sedangkan janin sudah berada dalam kandungan. Waktu itu Asy-Syahid meneleponnya menanyakan sudah berapa lama menikah. Dan saat dijawab sekitar lima bulan maka Asy-Syahid menjawab, “Baiklah. Kita lanjutkan kebersamaan kita di surga. Kutunggu dirimu dan anak buah cinta kita di surga...” (lihat R4BIA, hlm. 27)
***
Sungguh, membaca kisah-kisah yang ada di dalam buku ini seperti membaca kisah fantasi. Kisah yang sangat sulit kita bayangkan ia benar-benar terjadi di dunia, apalagi saat ini. Tapi ternyata ia ada. Dan ia benar-benar nyata. Bahkan sampai sekarang kisah-kisah itu belum selesai diukir di sana, di bumi para syuhada.
Dari kisah-kisah yang ada di dalam buku ini kita dapat belajar bahwa kesyahidan itu bukan dari hasil instan. Bukan pula sebuah kebetulan. Kesyahidan itu hanya diperuntukkan kepada orang-orang pilihan yang benar-benar sudah mengikhlaskan jiwanya di jalan Allah.
Buku ini dibagi menjadi tiga bagian besar. Bagian pertama berisi kisah-kisah ketulusan istri dan anak-anak syahid. Bagian kedua bertutur tentang ketulusan orang tua para syahid, sedang bagian ketiga berisi kisah serta kenangan dari saudara dan teman-teman syuhada.
Selamat membaca dan merasakan keharuannya. Selamat membaca dan menikmati kekuatannya yang mengaduk-aduk emosi kita. Mari gelorakan semangat R4BIA sebagai bentuk solidaritas kita kepada saudara-saudara di Mesir yang tercuri kemerdekaannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar